Pengertian Perencanaan
Dalam
proses manajemen, yang menjadi titik awalnya adalah perencanaan. Jadi
perencanaan sebagai awal kita melakukan proses manajemen sebelum kita melakukan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan.
Menurut
George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the
visualization and formulating of proposed activities believed necessary to
achieve desired result”.
Dalam
pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara lain:
- Perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan kongkret.
- Perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
- Perencanaan mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Pada
intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya
ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu
yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan
rencana kegiatan tertentu.
Empat Tahap Dasar Perencanaan
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui 4
tahapan berikut ini.
Ø Tahap 1 :
Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
Perencanaan
dimulai dengankeputusan-keputusan tentang
keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan
yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya
sumberdayanya secara tidak efektif.
Ø Tahap 2 :
Merumuskan keadaan saat ini.
Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari tujuan yang
hendak di capai atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk pencapaian
tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkutwaktu yang
akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa, rencanadapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua inimemerlukan
informasi-terutama keuangan dan data statistik
yang didapat melaluikomunikasi dalam organisasi.
Ø Tahap 3 :
Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan.
Segala kekuatan dankelemahan serta kemudahan dan hambatan
perlu diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya,atau yang mungkin
menimbulkan masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,masalah, dan
kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalahbagian
esensi dari proses perencanaan.
Ø Tahap 4 :
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Tahap terakhir dalam proses perncanaan meliputi
pengembangaan berbagaialternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian
alternatif-alternatif tersebut danpemilihan alternatif terbaik (paling
memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.
Perencanaan
Operasional
Perencanaan
operasional diturunkan dari perencanaan taktis, mempunyai fokus yang lebih
sempit, jangka waktu yang lebih pendek (kurang dari 1 tahun) dan melibatkan
manajemen tingkat bawah.
Perencanaan
Strategis
Perencanaan
strategis merupakan rencana jangka panjang (lebih dari 5 tahun) untuk mencapai
tujuan strategis. Fokus perencanaan ini adalah organisasi secara keseluruhan.
Rencana strategis dapat dilihat sebagai rencana secara umum yang menggambarkan
alokasi sumberdaya, prioritas, dan langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan strategis. Tujuan strategis biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak.
Faktor
Waktu dan Perencanaan
Perencanaan
merupakan salah satu fungsi dari manajemen atau pengelolaan termasuk
pengelolaan komunikasi, baik ditinjau dari segi proses, bentuk maupun
komponen-komponen atau unsur-unsur.
Dari
sudut proses, pengelolaan mencakup unsur-unsur dalam manajemen, baik secara
lengkap maupun secara sederhana. Secara lengkap unsur-unsur tersebut terdiri
dari penelitian pengembangan (litbang); perencanaan; pengorganisasian;
pelaksanaan/ pengkomunikasian; monitoring/pengawasan; dan penilaian. Secara
singkat unsur tersebut dikenal dengan POAC (Planning Organizing, Actuating dan
Controlling). Setiap unsur harus mampu didefinisikan baik secara logis maupun
akademis. Dari masing-masing definisi setiap unsur/komponen tidak boleh tumpang
tindih. Proses pengelolaan, bisa berbentuk lingkaran (cycle) termasuk proses
komunikasi.
Dari
sudut objek, perencanaan memerlukan faktor-faktor untuk pelaksanaannya, yaitu
man, money, material, dan method untuk mencapai tujuan.
Di
samping faktor proses dan objek juga harus diperhatikan komponen-komponen dalam
proses komunikasi, seperti komunikator, pesan, media, komunikan, efek, feed
back, tujuan, dan lingkungan yang turut mempengaruhinya.
Konsep
Dasar Perencanaan terutama yang menyangkut pengertian merupakan langkah yang
strategis di dalam menguasai konsep-konsep serta indikator-indikator dari
perencanaan itu sendiri.
Perencanaan
merupakan proses karya yang berkesinambungan sampai pada tahap pelaksanaan dan
bahkan sampai pada tahap evaluasi. Seorang perencana selalu berusaha
mengorganisasikan sumber-sumber atau faktor-faktor, seperti orang, material,
dana dalam proses pengerjaan suatu kegiatan. Perencanaan juga merupakan langkah
kedua dalam pengelolaan kegiatan setelah mengidentifikasi masalah-masalah, baik
dari hasil penelitian maupun dari pengumpulan data yang sederhana.
Kurangnya
berfikir strategis dan tidak mantapnya perencanaan dalam kegiatan komunikasi
akan menimbulkan kontroversi daripada memecahkan masalah. Dalam perencanaan,
sering berkaitan dengan istilah goal dan objective di samping meliputi
pendekatan-pendekatan dan strategi yang harus diadakan.
Proses
perencanaan melibatkan berbagai unsur di antaranya menurut Harold Koontz adalah
menentukan tujuan, menetapkan premis-premis serta mencari dan menyelidiki
berbagai kemungkinan rangkaian tindakan yang diambil.
Dalam
penilaian tiap-tiap kemungkinan yang diselidiki berdasarkan pertimbangan untung
rugi serta faktor-faktor yang akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Harus disadari bahwa perencanaan banyak menghadapi faktor-faktor yang tidak
pasti dan berubah-ubah sehingga penilaian terhadap kemungkinan tersebut sangat
sulit untuk dilakukan.
Adapun
unsur-unsur perencanaan adalah sebagai berikut:
- Tujuan.
- Policy.
- Prosedur.
- Progress (kemajuan).
- Program.
Fungsi
dan manfaat perencanaan dalam dunia modern semakin mendapat tempat yang paling
penting karena di samping nilai manfaat juga fungsinya pun semakin dirasakan. Manfaat
dan fungsi perencanaan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
- Perencanaan itu penting karena di dalamnya memuat garis-garis tujuan baik yang berjangka panjang ataupun pendek serta digariskan pula apa saja yang harus dilakukan agar tercapai tujuan-tujuan tersebut.
- Perencanaan berfungsi sebagai petunjuk (guide) bagi semua anggota organisasi.
- Perencanaan merupakan proses yang terus-menerus.
- Perencanaan berfungsi sebagai alat pengendali.
- Perencanaan yang baik menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien.
Faktor
waktu mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perencanaan dalam tiga hal yaitu
:
1.
Waktu sangat diperlukan untuk melaksanaakan perencanaan efektif
2.
Waktu sering di perlukan setiap langkah perencanaan tanpa informasi lengkap
tentang variabel-variabel dan alternatif-alternatif,karena waktu diperlukan
untuk mendapatkan data dan memperhitungkan semua kemungkinan.
3.
Jumlah waktu yang akan dicakup dalam rencan harus dipertimbangkan.
Factor
waktu lainnya yang mempengaruhi perencanaan adalah seberapa sering
rencana-rencana harus ditinjau kembali dan diperbaiki..ini tergantung sumber
daya yang tersedia dan drajat ketetapan perencanaan manajemen.
Waktu
perkiraan akan menjadi masukan penting sebagai teknik lainnya digunakan untuk
mengatur struktur dan semua proyek. Menggunakan teknik estimasi waktu yang baik
dapat mengurangi proyek-proyek besar ke sejumlah proyek-proyek kecil.
Penetapan
Tujuan Organisasi
Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Misi
suatu organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang membedakan
organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan mengidentifikasikan ruang
lingkup operasi dalam hal produk dan pasar. Tujuan organisasi merupakan
pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi
dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui kegiatan-kegiatan
organisasi. Dua unsur penting tujuan adalah hasil-hasil akhir yang diinginkan
di waktu mendatang dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan sekarang diarahkan.
B. Berbagai fungsi tujuan organisasi
1. Pedoman
bagi kegiatan. Fungsi tujuan sebagai pedoman memberikan arah dan pemusatan
kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan harus tidak dilakukan.
2. Sumber
legitimasi. Fungsi tujuan sebagai sumber legitimasi meningkatkan kemampuan organisasi
untuk mendapatkan berbagai sumber daya dan dukungan dari lingkungan di
sekitarnya.
3. Standar
pelaksanaan. Fungsi tujuan sebagai standar pelaksanaan memberikan langsung
bagi penilaian pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi.
4. Sumber
motivasi. Fungsi tujuan sebagai sumber motivasi meningkatkan semangat kerja
bagi para anggota.
5. Dasar
rasional pengorganisasian. Fungsi tujuan sebagai dasar rasional
pengorganisasian berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
pencapaian tujuan, pola penggunaan sumber daya, dan implementasi.
C. Tipe-tipe tujuan
1. Tujuan
kemasyarakatan (societal goals). Masyarakat pada umumnya, contohnya
memproduksi barang dan jasa, mempertahankan pesanan, mengembangkan dan
memelihara nilai-nilai budaya, dan sebagainya.
2. Tujuan
keluaran (output goals). Publik dalam hubungannya dengan organisasi,
contohnya barang-barang konsumen, jasa-jasa bisnis, pemeliharaan kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
3. Tujuan
sistem (system goals). Pernyataan atau cara pelaksanaan fungsi organisasi,
tidak tergantung pada barang atau jasa yang diproduksi atau tujuan yang
diambil, contohnya penekanan pada pertumbuhan, stabilitas, laba atau
cara-cara pelaksanaan fungsi, seperti menjadi ketat atau longgar dikendalikan
dan disusun.
4. Tujuan
produk atau tujuan karakteristik produk (products goal). Berbagai
karakteristik barang- barang atau jasa-jasa yang diproduksi, contohnya
penekanan pada kualitas atau kuantitas, gaya, ketersediaan, keunikan,
keanekaragaman atau pembaharuan produk.
5. Tujuan
turunan (derived goals). Tujuan digunakan organisasi untuk
meletakkan kekuasaannya dalam pencapaian tujuan-tujuan lain.
D. Proses penetapan tujuan
1. Bahwa
barang dan jasa yang diproduksi organisasi akan dapat memberikan berbagai
manfaat paling sedikit sama dengan harganya.
2. Bahwa
barang dan jasa dapat memuaskan kebutuhan konsumen/ langganan.
3. Bahwa
teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilkan barang dan
jasa dengan biaya dan kualitas bersaing.
4. Bahwa dengan
kerja keras dan dukungan seluruh sumber dayanya, organisasi dapat beroperasi
dengan lebih baik dari sekedar menjaga kelangsungan hidup (survive), yaitu
untuk pertumbuhan (growth) dan dapat menghasilkan laba (profitable).
5. Bahwa
pelayanan manajemen akan memberikan public image yang menguntungkan, sehingga
mereka bersedia menanamkan modalnya dan menyumbangkan tenaganya untuk membantu
sukses organisasi.
6. Bahwa
perusahaan mempunyai konsep diri (self concept) yang dapat dikomunikasikan dan
ditularkan kepada para karyawan dan pemegang saham organisasi.
E. Bidang-bidang tujuan
1. Posisi
pasar. Perusahaan harus menetapkan tujuan mengenai bagian pasar yang akan
direbut.
2. Produktivitas.
Produktivitas atau efisiensi adalah rasio antara masukan dengan keluaran
organisasi.
3. Sumber
daya phisik dan keuangan. Menetapkan tujuan untuk memperhatikan mesin dan
peralatan serta penyediaan bahan baku.
4. Profitabilitas.
Tujuan-tujuan laba penting untuk mencapai tujuan-tujuan lain, menyangkut
penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan untuk inovasi, kekuatan keuangan
untuk mengganti mesin dan peralatan dan pengupahan yang dibutuhkan untuk
menarik personalia.
5. Inovasi.
Ada kebutuhan terus menerus akan produk atau jasa baru dan inovatif.
6. Prestasi
dan pengembangan manajer. Kelangsungan hidup banyak organisasi tergantung
pada kekuatan manajemen yang inovatif.
7. Prestasi
dan sikap karyawan. Karyawan operatif melaksanakan sebagian besar pekerjaan
normal dan rutin di setiap organisasi.
8. Tanggung
jawab sosial dan publik. Tujuan-tujuan ini ditetapkan perusahaan untuk
menangani boikot publik, kegiatan-kegiatan hukum, kegiatan-kegiatan
pemerintahan, kelompok-kelompok berkepentingan, dan sebagainya.
F. Kebutuhan penyeimbangan tujuan
Dalam proses penetapan tujuan, manajemen harus menentukan keseimbangan atau
campuran optimum tujuan-tujuan, dan memadukan berbagai kepentingan
sumber-sumber atau pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi. Tujuan
organisasi tidak terbatas pada pemenuhan kepentingan manajemen saja; tetapi
juga kepentingan pemegang saham yang menginginkan kenaikan dividen atau harga
saham di pasar modal; para langganan (konsumen) ingin memperoleh produk atau
jasa dengan kualitas lebih baik, pada harga wajar; para karyawan ingin
mendapatkan balas jasa yang sesuai; para penyedia ingin memperoleh kepastian
pesanan dan pembayaran; dan masyarakat mengharapkan akan memperoleh berbagai
manfaat untuk menaikkan standar hidup mereka. Ini memerlukan penyeimbangan
keinginan, kebutuhan dan persyaratan berbagai kelompok yang berbeda.
G. Perumusan tujuan
1. Proses
perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu yang bertanggung jawab
terhadap pencapaian tujuan.
2. Manajer
puncak sebagai perumus tujuan umum, hendaknya bertanggung jawab untuk
menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan-tingkatan lebih rendah.
3. Tujuan harus
realistik, diselaraskan dengan lingkungan internal dan eksternal, baik sekarang
maupun di waktu yang akan datang.
4. Tujuan harus
jelas, beralasan dan bersifat menantang para anggota organisasi.
5.
Tujuan-tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah dipahami
dan diingat oleh para pelaksana.
6. Tujuan
bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan umum.
7. Manajemen
selalu harus meninjau kembali tujuan yang telah ditetapkan, dan bila perlu
mengubah dan memperbaikinya sesuai perkembangan lingkungan.
H. Management by Objectives (MBO)
Management by Objectives atau MBO pertama kali diperkenalkan oleh Peter
Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Gagasan dasar
MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan
manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan pemngembangan
hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan, MBO membantu menghilangkan
atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.
I. Pengertian MBO
MBO sulit didefinisikan, banyak organisasi mempergunakannya dengan
cara-cara yang berbeda dan untuk alasan-alasan yang berbeda pula. Secara umum
esensi sistem MBO terletak pada penetapan tujuan-tujuan umum oleh para manajer
dan bawahan yang bekerja bersama, penutupan bidang tanggung jawab utama setiap
individu yang dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil
(sasaran-sasaran) dapat diukur yang diharapkan, dan penggunaan ukuran-ukuran
tersebut sebagai pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian
sumbangan masing-masing anggota.
J. Sistem MBO formal
1. Komitmen
pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer
di setiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pribadi dan
organisasi, serta MBO.
2. Penetapan
tujuan manajemen puncak. Program-program perencanaan efektif biasanya mulai
dengan para manajer puncak, yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan setelah
berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya.
3. Tujuan-tujuan
perseorangan. Dalam suatu program MBO efektif, setiap manajer dan bawahan
merumuskan tanggung jawab dan tujuan jabatan mereka secara jelas.
4. Partisipasi.
Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan dapat sangat berpartisipasi.
5. Otonomi
dalam implementasi rencana. Individu mempunyai keleluasaan dalam pemilihan
peralatan untuk pencapaian tujuan serta mengembangkan dan mengimplementasikan
program-program pencapaian tujuan-tujuan mereka tanpa campur tangan atasannya
langsung.
6. Peninjauan
kembali prestasi. Manajer dan bawahan secara periodik bertemu untuk
meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan.
K. Kekuatan dan kelemahan MBO
Kebaikan-kebaikan berbagai program MBO, yang dapat diperinci sebagai
berikut :
1. Memungkinkan
para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
2. Membantu
dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran.
3. Memperbaiki
komunikasi antar manajer dan bawahan.
4. Membuat para
individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi.
5. Membuat
proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan
tertentu.
Ada dua kategori kelemahan kelemahan-kelemahan MBO yaitu
1. Kelemahan yang
melekat (inheren) pada proses MBO ini mencakup konsumsi waktu dan usaha yang
cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO, serta
biasanya meningkatkan banyaknya kertas kerja
2. Kelemahan
yang seharusnya tidak ada tetapi sering dijumpai dalam pengembangan dan
implementasi program-program MBO dan menyangkut beberapa masalah pokok yang
harus dikendalikan agar program MBO sukses :
a. Gaya dan
dukungan manajemen.
b. Penyesuaian
dan perubahan .
c.
Keterampilan-keterampilan antar pribadi.
d. Deskripsi
jabatan.
e. Penetapan
dan pengorganisasian tujuan.
f. Pengawasan
metode pencapaian tujuan.
g. Konflik
antara kreativitas dan MBO.
L. Membuat MBO
efektif
1. Mendidik dan
melatih manajer.
2. Merumuskan
tujuan secara jelas.
3. Menunjukkan komitmen
manajemen puncak secara kontinyu.
4. Membuat
umpan balik efektif.
5. Mendorong
partisipasi.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
1.
Pengertian Keputusan
Pengambilan
keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun
organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit
sekali. Kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya
alternatif yang tersedia. Semakin banyak alternatif yang tersedia, kita akan
semakin sulit dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil memiliki tinkat
yang berbeda-beda. Ada keputusan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap
organisasi, tetapi ada keputusan yang dapat menentukan kelangsungan hidup
organisasi. Oleh karena itu, hendaknya mengambil keputusan dengan hati-hati dan
bijaksana.
Keputusan
adalah sesuatu pilihan yang diambil diantara satu atau lebih pilihan yang
tersedia.
2.
Jenis-Jenis Keputusan
Jenis
Keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut. Bagian mana organisasi
harus dilibatkan dalam mengambil keputusan, dan pada bagian organisasi mana
keputusan tersebut difokuskan.
Secara
garis besar keputusan digolongkan ke dalam keputusan rutin dan keputusan yang
tidak rutin. Keputusan rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan
berulang-ulang, dan biasanya telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya.
Keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan
tidak bersifat rutin.
Dalam
mengambil keputusan, baik yang bersifat rutin maupun tidak, ada dua metode yang
digunakan. Metode pertama adalah metode tradisional, dimana pengambilan
keputusan lebih berdasarkan pada intuisi dan kebiasaan. Metode yang kedua
adalah metode modern, dimana pengambilan keputusan didasarkan pada perhitungan
matematis dan penggunaan instrumen yang bersifat modern, seperti komputer dan
perhitungan statistik.
Pengambilan
keputusan berdasrkan metode ada 2, yaitu tradisional dan
modern. Pengambilan keputusan secara garis besar ada 2, yaitu rutin dan
tidak rutin.
3.
Tingkat Pengambilan Keputusan
Banyak
jenis keputusan yang berbeda harus dibuat dalam organisasi. Seperti bagaimana
membuat suatu produk, bagaimana memelihara mesin, bagaimana menjamin kualitas
produk dan bagaimana membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan
pelanggan.
Dengan
keputusan yang berbeda ini, beberapa tipe dasar pemikiran harus dikembangkan
untuk menetapkan siapa saja yang memiliki tanggung jawab untuk membuat
keputusan dalam organisasi.
Pemikiran
tersebut didasarkan pada dua faktor berikut :
- Sejauh mana keputusan yang diambil akan mempengaruhi pihak lain.
- Tingkat manajemen.
Keputusan
yang diambil mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap organisasi secara
umum, tetapi bisa saja sebaliknya. Semakin banyak pengaruh keputusan yang
diambil terhadap organisasi tersebut, semakin vital keputusan tersebut. Tingkatan
pada manajemen menuntuk pada manajemen tingkat bawah, menengah, dan atas. Dasar
pemikiran untuk menentukan siapa yang akan mengambil keputusan adalah semakin
besar pengaruh keputusan yang diambil terhadap organisasi (yang artinya semakin
vital keputusan tersebut) maka semakin tinggi tingkatan manajer yang
bertanggung jawab atas pengambilan keputusan tersebut.
Walaupun
seseorang wirausahawan memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan
tertentu, tidak berarti ketika mengambil keputusan tidak membutuhkan bantuan
orang lain, terutama anggota organisasinya.
Ada
sebuah cara yang disebut “konsensus” yang biasa digunakan wirausahawan untuk
mendorong anggota organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan tertentu.
Konsensus adalah persetujuan dalam pengambilan keputusan oleh semua individu
yang terlibat didalamnya. Konsensus biasanya terjadi setelah pertimbangan dan
pembahasan mendalam yang lama oleh anggota-anggota dari kelompok yang mengambil
keputusan.
Keputusan
melalui konsensus memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Kelebihannya : Seorang wirausaha dapat lebih memanfaatkan perhatian pada konsep, sementara anggota organisasi lainnya mengembangkan konsep dasar tersebut menjadi sebuah keputusan konkrit dan dapat diambil.
- Kekurangannya : terlalu banyak orang yang dilibatkan, amak pengambilan keputusan memakan waktu yang relatif lama dan biayanya yang relatif mahal.
4.
Proses pengambilan keputusan
Proses
pengambilan keputusan didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh pembuat
keputusan untuk memilih alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis
yang harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebgai
berikut :
- Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi
- Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi
- Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah
- Melaksanakan alternatif tersebut
- Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut
ini merupakan penjabaran proses pengambilan keputusan.
1.
Pengambilan keputusan
Pengambilan
keputusan pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah yang menghalangi atau
menghambat tercapainya tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu
harus dikenali apa masalahnya.
2.
Mencari alternatif pemecahan
Setelah
masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif
yang mungkin dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif
hendaknya tidak mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting
adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah alternatif
terkumpul, barulah disusun berurutan dari yang paling diinginkan sampai yang
tidak diinginkan.
3.
Memilih alternatif
Setelah
alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat
memberikan manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling
efektif dan efisien. Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan
pertanyaan untuk tiap-tiap alternatif.
4.
Pelaksanaan alternatif
Setelah
alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan.
pelaksanaan harus sesuai denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat
tercapai.
5.
Evaluasi
Setelah
alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan telah
selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan
benar tetapi hasil yang dicapai tidak maksimal, sudah waktunya untuk mempertimbangkan
kembali pemilihan alternatif lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai
mungkin terjadi karena pengaruh negatif potensial benar-benar terjadi, atau
mungkin pengaruh negatif yang tadinya tidak diperkirakan.
Langkah
proses pengambilan keputusan ada 5, yaitu identifikasi masalah, mencari
alternatif pemecahan, pelaksanaan alternatif, dan evaluasi.
KETERLIBATAN BAWAHAN DALAM PEMBUATAN
KEPUTUSAN
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh French et al.(1960), ketika mengatakan bahwa peran serta menujukan suatu proses antara dua atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta bawahan dalam mengambil keputusan sesungguhnya lahir dari desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold (1976) didorongkan oleh kebutuhan akan hasrat akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco (1972), karena dengan demikian ada jaminan bahwa pemeran serta(karyawan) tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusan yang diambil. Apabila pemeran serta tidak dapat mengontrolnya, maka organisasi akan mengalami kerugian, sama dengan tidak ada peran serta sama sekali.
Para menejer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para bawahannya, keterlibatan ini dapat formal seperti pengguanaan kelompok dalam pembuatan keputusan; atau informal seperti permintaan akan gagasan-gagasan.
Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap tahap proses pembuatan keputusan. Bermacam-macam bentuk peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh sejumlah penulis. Seprti Cotton et al. (1988) yang mencoba mengadakan penelitian terhadap berbagai karya tulis tersebut dengan mengumpulkan lebih dari 400 artikel tentang peran serta dalam pengambilan keputusan. Dimana setiap artikel itu diklasifikasikan ke dalam lima sifat peran serta, yaitu ; formal-tidak formal, langsung-tidak langsung, tingkat pengaruhnya isi dari keputusan, dan jangka waktunya singkat atau lama. Dari lima sifat peran serta itu dengan memperhatikan berbagai bentuk peran serta yang tersedia dalam kepustakaan, dirumuskanlah enam kombinasi bentuk peran serta, yaitu:
(1) Peran serta pengambilan keputusan dalam bidang tugas,
(2) Peran serta konsultatif,
(3) Peran serta jangka pendek,
(4) peran serta informal,
(5) Hak milik karyawan,
(6) Peran serta perwakilan.
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh French et al.(1960), ketika mengatakan bahwa peran serta menujukan suatu proses antara dua atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta bawahan dalam mengambil keputusan sesungguhnya lahir dari desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold (1976) didorongkan oleh kebutuhan akan hasrat akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco (1972), karena dengan demikian ada jaminan bahwa pemeran serta(karyawan) tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusan yang diambil. Apabila pemeran serta tidak dapat mengontrolnya, maka organisasi akan mengalami kerugian, sama dengan tidak ada peran serta sama sekali.
Para menejer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para bawahannya, keterlibatan ini dapat formal seperti pengguanaan kelompok dalam pembuatan keputusan; atau informal seperti permintaan akan gagasan-gagasan.
Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap tahap proses pembuatan keputusan. Bermacam-macam bentuk peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh sejumlah penulis. Seprti Cotton et al. (1988) yang mencoba mengadakan penelitian terhadap berbagai karya tulis tersebut dengan mengumpulkan lebih dari 400 artikel tentang peran serta dalam pengambilan keputusan. Dimana setiap artikel itu diklasifikasikan ke dalam lima sifat peran serta, yaitu ; formal-tidak formal, langsung-tidak langsung, tingkat pengaruhnya isi dari keputusan, dan jangka waktunya singkat atau lama. Dari lima sifat peran serta itu dengan memperhatikan berbagai bentuk peran serta yang tersedia dalam kepustakaan, dirumuskanlah enam kombinasi bentuk peran serta, yaitu:
(1) Peran serta pengambilan keputusan dalam bidang tugas,
(2) Peran serta konsultatif,
(3) Peran serta jangka pendek,
(4) peran serta informal,
(5) Hak milik karyawan,
(6) Peran serta perwakilan.
Daftar
Pustaka :
http://farhan24.blogspot.com/2011/11/pengambilan-keputusan-manajemen.html